Pendidikan politik
akhir-kahiar ini,
kami gerakan mahasiswa nasional indonesia melihat apabila mendekati masa
pemilu banyak para pemimpin merasa
berhasil menjalankan tugas dengan sangat baik dan sering mengungkapkan
keberhasilannya di depan publik. Mulai dari membangun infrakstruktur, membangun
sekolah, menyediakan lapangan kerja dan pengangkatan guru honorer atau tidak
korupsi (pemimpin bersih).
Para pemimpin
seakan-akan masyarakat diajarkan harus mengucapkan terima kasih kepadanya,
dengan cara harus memilih dirinya
kembali karena telah berhasil.
Tapi kalau kita
boleh kritis bukankah keberhasilan itu, hanyalah keberhasilan yang stndar saja,
biasa saja dan tidak istimewa bukankah membangun infrakstruktur, membangun
sekolah, menyediakan lapangan kerja dan pengangkatan guru honorer atau tidak
korupsi adalah memang tugas yang wajib dia lakukan dan memang untuk itu dia
dipilih dan digaji oleh rakyat.
Bahkan menurut kami
keberhasilan-keberhasilan itu hanyalah bingkai politik pencitraan dari sang
pemimpin, bahkan nuansa itu begitu kental ketika mendekati pemlihan, mulailah
semuah sumber daya dikerahkan diatas tataran normal untuk menggenjot
pembangunan.
Lainhal apabila
pemimpin itu melakukan hal yang luar biasa (melakukan diatas tataran standar
tugasnya) seperti tidak menerima gaji di atas kebutuhan hidupnya bahkan
seharusnya tidak makan sebelum rakyat yang dia pimpin makan. Barulah pantas
dikatakan bahwa sang pemimpin telah sukses menjalankan tugasnya
Jadi omong besar
jika ada yang mengklaim bahwa keberhasilan pembangunan dikaitkan dengan
individu sang pemimpin. Tapi Kita juga bukan orang yang tak tahu terima kasih
kepada para pemimpin, yang tidak menghargai keberhasilan.tetap kita hargai
keberhasilan-keberhasilan yang dicapai, tapi
kata yang ditekankan itulah yang ingin kita koreksi, bahwasanya pemimpin
itu telah sukses, tapi harusnya dikatakan bahwa pemimpin itu telah menjalankan
tugasnya dengan baik.
Melalui tulisan ini
kami berharap bahwa terjadi proses pemahaman dan pendidikan politik bagi
pemimpin dan kita (masyarakat), dengan tujuan menciptakan masyarakat yang
cerdas